Lutung kasarung

| Kamis, 21 Maret 2013



Lutung Kasarung

   Alkisah, hiduplah seorang raja bernama Prabu Tapa Agung. Ia mempunyai dua orang putri, bernama Purbararang dan Purbasari. Kini, dirinya telah dapat dikatakan lanjut usia untuk seorang raja. Maka dari itu, ia berniat untuk mewariskan takhta kepada salah seorang putrinya. Dia memilih Purbasari utnuk dijadikan ratu, bukan Purbararang yang lebih tua.
Mendengar pernyataan ayahnya, Purbararang tidak terima. “Mengapa Ayahanda memilih Purbasari untuk dijadikan ratu? Seharusnya aku yang lebih berhak, karena aku yang lebih tua, Ayah!”
          “Permintaanmu itu tak bisa kuwujudkan. Aku akan tetap memilih Purbasari,” Sungguh kecewa hati Purbararang. Lalu, ia merencanakan ide jahat. Ia memanggil tunangannya, Indrajaya. “Kanda Indrajaya, Ayah tetap bersikeras untuk mewariskan takhta kepada Purbasari. Sedangkan, aku yang lebih tua. Seharusnya aku yang menduduki takhta kerajaan selanjutnya,”
          “Lalu, apa yang dipermasalahkan, Adinda?”
          “Aku mau agar Purbasari tidak dijadikan ratu. Aku minta saranmu,”
          “Mudah saja. Datanglah ke dukun, dan minta ditimpakan musibah kepada Purbasari,”
          “Ya, ya, hahaha, cerdas kau, haha,” Maka, tanpa sepengetahuan ayahnya, pergilah Indrajaya dan Purbararang ke seorang dukun terkenal. Tak lama, sampailah mereka di goa tempat tinggal dukun tersebut. “Wahai dukun, bolehkah kami mengajukan suatu permintaan?”
          “Tentu saja boleh. Apa yang anda minta?”
          “Saya ingin Purbasari, adik saya, ditimpakan musibah,”
          “Musibah seperti apa yang anda inginkan?”
          “Jadikanlah kulitnya seperti orang terkena cacar,”
          “Baiklah, jika hanya itu yang anda minta, saya dapat melakukannya,”
          “Baik, terimakasih, dukun, hahaha. Sekarang, Purbasari tidak akan dipilih Ayahanda menjadi ratu. Akulah yang akan meneruskan takhta kerajaan, hahaha,” Indrajaya dan Purbararang kembali ke istana, tak sabar ingin melihat rupa Purbasari.
          Begitu sampai di istana, terbahak-bahaklah Purbararang melihat kulit Purbasari. “Hahaha, kini kau tidak cantik lagi, Purbasari, hahaha. Kau tidak akan bisa menjadi ratu dengan penampilan seperti ini. Bahkan, kau harus meninggalkan istana,” Betapa sedihnya Purbasari. Tadinya, ia akan diangkat menjadi ratu. Kini, ia harus meninggalkan istana karena kulitnya yang buruk rupa tersebut.
          Maka, Purbasari meninggalkan istana, berjalan menyusuri hutan tak tentu arahnya. Berhari-hari ia hidup sulit di hutan tersebut. Sampai suatu ketika, ia bertemu seekor monyet. “Selamat datang, Tuan Putri, ada yang bisa saya bantu?” Ternyata, monyet ini bukan sembarang monyet. Ia bisa berbicara seperti manusia.
          “Ih, ada monyet bisa berbicara, siapa kau?”
          “Saya Lutung Kasarung, Tuan Putri,”
          “Oh, Lutung, apakah kau dapat menyembuhkan penyakitku ini?”
          “Sanggup, Tuan Putri. Dengan senang hati saya akan menyembuhkan Sang Putri,”
          “Oh, terimakasih, Lutung,” Maka, diantarlah Purbasari ke suatu danau kecil. “Tuan Putri, mandilah di danau ini, setelah itu kau akan sembuh, Tuan Putri,” Purbasari langsung mandi di danau tersebut. Ajaib, bintil-bintil di tubuh Purbasari seketika hilang. “Oh, terimakasih, Lutung Kasarung. Kini, penyakitku hilang,”
          “Sama-sama, Tuan Putri,” Setelah sembuh dari penyakitnya, timbul niat Purbasari untuk kembali ke istana. Ia mengajak Lutung Kasarung. “Lutung, maukah kau menemaniku ke istana?”
          “Baiklah, Sang Putri, saya bersedia,” Purbasari ditwmani Lutung Kasarung berangkat menuju ke istana kerajaan.
          Sesampainya di sana, ia diterima oleh para pengawal kerajaan. Di dalam istana, Prabu Tapa Agung sangat senang melihat putrinya kembali. “Oh, Purbasari, kau telah pulang, Nak. Syukurlah,”
          Sementara itu, Purbararang sangat terkejut melihat tubuh Purbasari yang telah kembali dari penyakitnya. Kalau begini, ia tetap tidak bisa menduduki takhta. Purbararang kembali mencari cara agar Purbasari tidak dipilih menjadi ratu. “Purbasari, seorang ratu layaknya harus mempunyai pasangan yang tampan. Sekarang, jika tunanganmu lebih tampan dari tunanganmu, maka kau berhak menjadi ratu,” Purbasari terdiam. Hatinya sedih. Dia tahu tunangan Purbararang itu tampan. Sedangkan, ia tak mempunyai tunangan.
          Tiba-tiba, Lutung Kasarung maju untuk mengajukan diri sebagai tunangan Purbasari. “Saya bersedia menjadi tunangan Putri Purbasari,”
          “Hahaha, Purbasari, jadi tunanganmu adalah seekor monyet? Hahaha, berarti kau tidak berhak menjadi ratu. Takhta kerajaan harus diserahkan kepadaku, hahaha,” Belum kering mulut Purbararang, tiba-tiba Lutung Kasarung berubah menjadi seorang pangeran yang sangat tampan, melebihi tampannya Indrajaya. Purbararang kembali terkejut. Kini, ia tak bisa membela lagi. Namun, hatinya tetap tidak puas. “Hayo, Purbararang, tepati janjimu. Takhta kerajaan mutlak kuwariskan kepada Purbasari,” Purbararang hanya bisa tertunduk lesu, didampingi Indrajaya.

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲