Lutung Kasarung
Alkisah, hiduplah
seorang raja bernama Prabu Tapa Agung. Ia mempunyai dua orang putri, bernama
Purbararang dan Purbasari. Kini, dirinya telah dapat dikatakan lanjut usia
untuk seorang raja. Maka dari itu, ia berniat untuk mewariskan takhta kepada
salah seorang putrinya. Dia memilih Purbasari utnuk dijadikan ratu, bukan
Purbararang yang lebih tua.
Mendengar
pernyataan ayahnya, Purbararang tidak terima. “Mengapa Ayahanda memilih
Purbasari untuk dijadikan ratu? Seharusnya aku yang lebih berhak, karena aku
yang lebih tua, Ayah!”
“Permintaanmu
itu tak bisa kuwujudkan. Aku akan tetap memilih Purbasari,” Sungguh kecewa hati
Purbararang. Lalu, ia merencanakan ide jahat. Ia memanggil tunangannya,
Indrajaya. “Kanda Indrajaya, Ayah tetap bersikeras untuk mewariskan takhta kepada
Purbasari. Sedangkan, aku yang lebih tua. Seharusnya aku yang menduduki takhta
kerajaan selanjutnya,”
“Lalu,
apa yang dipermasalahkan, Adinda?”
“Aku
mau agar Purbasari tidak dijadikan ratu. Aku minta saranmu,”
“Mudah
saja. Datanglah ke dukun, dan minta ditimpakan musibah kepada Purbasari,”
“Ya,
ya, hahaha, cerdas kau, haha,” Maka, tanpa sepengetahuan ayahnya, pergilah
Indrajaya dan Purbararang ke seorang dukun terkenal. Tak lama, sampailah mereka
di goa tempat tinggal dukun tersebut. “Wahai dukun, bolehkah kami mengajukan
suatu permintaan?”
“Tentu
saja boleh. Apa yang anda minta?”
“Saya
ingin Purbasari, adik saya, ditimpakan musibah,”
“Musibah
seperti apa yang anda inginkan?”
“Jadikanlah
kulitnya seperti orang terkena cacar,”
“Baiklah,
jika hanya itu yang anda minta, saya dapat melakukannya,”
“Baik,
terimakasih, dukun, hahaha. Sekarang, Purbasari tidak akan dipilih Ayahanda
menjadi ratu. Akulah yang akan meneruskan takhta kerajaan, hahaha,” Indrajaya
dan Purbararang kembali ke istana, tak sabar ingin melihat rupa Purbasari.
Begitu
sampai di istana, terbahak-bahaklah Purbararang melihat kulit Purbasari.
“Hahaha, kini kau tidak cantik lagi, Purbasari, hahaha. Kau tidak akan bisa
menjadi ratu dengan penampilan seperti ini. Bahkan, kau harus meninggalkan
istana,” Betapa sedihnya Purbasari. Tadinya, ia akan diangkat menjadi ratu.
Kini, ia harus meninggalkan istana karena kulitnya yang buruk rupa tersebut.
Maka,
Purbasari meninggalkan istana, berjalan menyusuri hutan tak tentu arahnya.
Berhari-hari ia hidup sulit di hutan tersebut. Sampai suatu ketika, ia bertemu
seekor monyet. “Selamat datang, Tuan Putri, ada yang bisa saya bantu?”
Ternyata, monyet ini bukan sembarang monyet. Ia bisa berbicara seperti manusia.
“Ih,
ada monyet bisa berbicara, siapa kau?”
“Saya
Lutung Kasarung, Tuan Putri,”
“Oh,
Lutung, apakah kau dapat menyembuhkan penyakitku ini?”
“Sanggup,
Tuan Putri. Dengan senang hati saya akan menyembuhkan Sang Putri,”
“Oh,
terimakasih, Lutung,” Maka, diantarlah Purbasari ke suatu danau kecil. “Tuan
Putri, mandilah di danau ini, setelah itu kau akan sembuh, Tuan Putri,”
Purbasari langsung mandi di danau tersebut. Ajaib, bintil-bintil di tubuh
Purbasari seketika hilang. “Oh, terimakasih, Lutung Kasarung. Kini, penyakitku
hilang,”
“Sama-sama,
Tuan Putri,” Setelah sembuh dari penyakitnya, timbul niat Purbasari untuk
kembali ke istana. Ia mengajak Lutung Kasarung. “Lutung, maukah kau menemaniku
ke istana?”
“Baiklah,
Sang Putri, saya bersedia,” Purbasari ditwmani Lutung Kasarung berangkat menuju
ke istana kerajaan.
Sesampainya
di sana, ia diterima oleh para pengawal kerajaan. Di dalam istana, Prabu Tapa
Agung sangat senang melihat putrinya kembali. “Oh, Purbasari, kau telah pulang,
Nak. Syukurlah,”
Sementara
itu, Purbararang sangat terkejut melihat tubuh Purbasari yang telah kembali
dari penyakitnya. Kalau begini, ia tetap tidak bisa menduduki takhta.
Purbararang kembali mencari cara agar Purbasari tidak dipilih menjadi ratu.
“Purbasari, seorang ratu layaknya harus mempunyai pasangan yang tampan.
Sekarang, jika tunanganmu lebih tampan dari tunanganmu, maka kau berhak menjadi
ratu,” Purbasari terdiam. Hatinya sedih. Dia tahu tunangan Purbararang itu
tampan. Sedangkan, ia tak mempunyai tunangan.
Tiba-tiba,
Lutung Kasarung maju untuk mengajukan diri sebagai tunangan Purbasari. “Saya
bersedia menjadi tunangan Putri Purbasari,”
“Hahaha,
Purbasari, jadi tunanganmu adalah seekor monyet? Hahaha, berarti kau tidak
berhak menjadi ratu. Takhta kerajaan harus diserahkan kepadaku, hahaha,” Belum
kering mulut Purbararang, tiba-tiba Lutung Kasarung berubah menjadi seorang
pangeran yang sangat tampan, melebihi tampannya Indrajaya. Purbararang kembali
terkejut. Kini, ia tak bisa membela lagi. Namun, hatinya tetap tidak puas.
“Hayo, Purbararang, tepati janjimu. Takhta kerajaan mutlak kuwariskan kepada
Purbasari,” Purbararang hanya bisa tertunduk lesu, didampingi Indrajaya.